Peroses produksi Asphalt Panas (HOT MIX)


Peroses produksi Asphalt Panas (HOT MIX)
Di AMP (Asphalt Mixing Plant) Desa Tinggede, Palu Sulawesi Tengah

Jenis AMP (Asphalt Mixing Plant) yang berada di daerah desa Tinggede, Palu Sualwesi tengah berjeniskan AMP dengan alat pencampur dengan penakaran (batch plant). Adapun informasi mengenai alur produksi AMP dari awal sampai akhir dilakukan dengan mewawancarai operator AMP yang biasa dipanggil Pak Tri sekaligus tinjau langsung ke lokasi AMP maka, adapun hasil wawancara tersebut mengenai seluk beluk proses produksi campuran aspal panas di AMP dijelaskan sebagai berikut:
1.      Cold Bin
Cold bin merupakan bagian dari AMP yang berfungsi sebagai tempat disimpannya material. Untuk AMP yang ada di Desa tinggede memiliki 4 buah cold bin dengan ukuran material masing-masing cold bin yaitu 3/4’’, 3/8’’, pasir dan abu batu. Cold bin memiliki pintu untuk tempat keluarnya material dengan bukaan pintu yang telah diatur, adapun tujuan dari diaturnya tinggi bukaan pintu disesuaikan dengan persentase komposisi agregat sesuai Job Mix Formula untuk jenis campuran aspal panas.
Penyesuaian tinggi pintu dilakukan dengan mencoba mengetahui berat agregat yang keluar dalam waktu 3 detik yang kemudian dikonvers ke produksi AMP maksimum perjam yaitu 60 ton/jam. Namun setelah ditentukan tinggi pintunya maka dikontrol kembali ketika proses produksi mulai berjalan dengan melihat overflow yang terjadi, jika terlalu banyak overflow yang terjadi maka tinggi pintu akan diturunkan.
2.      Conveyer
Conveyer merupakan tempat penyalur material yang keluar dari pintu cold bin ke drayer.
3.      Drayer
Material yang di bawah oleh conveyer kemudian masuk ke drayer. Drayer berfungsi untuk memanaskan agregat, dengan suhu maximum 1600C. Agregat didalam drayer diputar dan dipanaskan dengan menggunakan api dari bahan bakar minyak. Untuk AMP ini memiliki 2 jenis pembakaran di drayer, dengan menggunakan bahan bakar minyak dan menggunakan bahan bakar batu bara.
Menurut penelitian terhadap kualitas campuran aspal dari dua bahan bakar tersebut, campuran aspal yang menggunakan minyak sebagai bahan bakar lebih baik di banding dengan menngunakan bahan bakar batu bara. Hal ini disebabkan abu pembakaran batu bara yang mempengaruhi mutu campuran aspal. Sebelum membahas perjalanan agregat selanjutnya setelah drayer, perlu diketahui ketika agregat masuk ke drayer terdapat tebung yang mengarah ke atas dan berlabuh ke dust kolektor.
Ini fungsinya mengambil kembali debu batu yang terbang ketika masuk ke drayer, abu batu yang berat masuk ke dust kolektor dan seterusnya masuk bersama material yang telah dipanaskan di drayer menuju ke elvator sedangkan abu batu yang ringan masuk kedalam cerobong asap pembuangan sebagai polusi. Menyangkut tentang polusi, ada cara mengendalikan asap polusi yang diterapkan di AMP ini, yaitu dengan menyiramkan air ke dalam cerobong asap guna meminimalisir efek polusi asap yang keluar dari cerobong.
4.      Elevator
Setelah agregat dari drayer selanjutnya agregat masuk kedalam elevator, yang mana fungsi elevator adalah menyalurkan agergat dari drayer ke screen.
5.      Screen
Setelah dari elevator, agregat selanjutnya masuk ke screen untuk dipisahkan kembali sesuai ukuran masing-masing agregat yaitu 3/4’’, 3/8’’, pasir dan abu batu. Maka dapat kita ketahui sendiri fungsi dari screen itu sendiri. Di awal tadi kita telah menyinggung overflow, di screen  ini lah tempat keluarnya agregat yang berlebihan dengan istilah terjadinya overflow. 
Agregat yang berlebihan keluar melalui pipa yang berada pada screen sesuai agregat masing-masing, untuk agregat 3/8”, pasir dan abu batu disatukan dalam 1 pipa, untuk ¾” tersendiri dan agregat lebih besar ¾” atau bukan agregat misalnya kayu dll menggunakan pipa tersediri.
6.      Hot Bin
Setelah terkumpul sesuai ukuran masing-masing agregat di screen selanjutnya agregat tersebut ke Hot Bin yang berfungsi menampung agregat sementara dengan dipanaskan kembali dengan suhu mencapai 1550C sebelum agregat itu ke penimbang. Dalam Hot bin terdapat 4 bin sesuai ukuran masing-masing. Untuk bin 1 untuk agregat ¾”, bin 2 untuk agregat 3/8”, bin 3 untuk abu batu, dan bin 4 untuk agregat 1”.

7.      Timbangan
Setelah dari hot bin maka selanjutnya agregat ke penimbangan. Ini dimaksudkan untuk sebelum di mix agregat tersebut ditimbang sesuai presentase campuran aspal per 500 Kg. Untuk di hot bin jumlah total timbangan agregat kurang dari 500 Kg karena ada aspal yang akan ditambahkan di mixer.
8.      Mixer
Setelah agregat ditimbang maka selanjutnya agregat ke mixer untuk dicampur dengan aspal. Berbicara tentang aspal, aspal bersumber dari tangki aspal melewati pipa (kettel) ke penimbang tersendiri untuk aspal, kemudian ke mixer. Kondisi fisik aspal sebelum di mix belum cair, maka untuk itu aspal dipanaskan di tangki aspal sampai cair dengan suhu 1500C.
Untuk bahan tambah campuran yaitu filler, di masukkan ke mixer melalui elevator tersendiri dan selanjutnya ke timbangan sendiri dan langsung ke mixer untuk tercampur bersama aspal dan agregat yang lain.
9.      Pugmill
Setelah tercampurnya aspal, filler dan agregat maka selanjutnya campuran aspal tersebut ke pugmill. Pugmill itu sendiri berfungsi sebagai tempat pembuangan aspal ke dum truck. Dengan ideal 1 kali bukaan pugmill berat campuran aspal yang dihasilkan 500 Kg dengan suhu 1500C.

Demikian alur produksi campuran aspal panas di AMP Tinggede, Palu Sulawesi Tengah mulai dari cold bin sampai ke pugmill. 
okey guys, demikian dlu PENJELASAN mengenani AMP mogah2 bermanfaat...

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Break Down Pekerjaan...

Quadrandt Cash Flow menurut Robert T. Kyosaki